/* GRATISAN ZONE: Sabtu, Februari 09, 2008 */ Sabtu, Februari 09, 2008 - GRATISAN ZONE

Sabtu, Februari 09, 2008

Pemerintah Diminta Tertibkan SMS Premium Porno

Sabtu, 09/02/2008 15:15 WIB
Wahyu Daniel - detikinet

Jakarta - Pemerintah diminta menindak tegas berbagai layanan SMS premium yang ditawarkan kepada masyarakat, karena ada layanan premium itu yang dinilai sebagai pornografi terselubung.

Hal ini disampaikan oleh anggota Komisi I DPR RI Joko Susilo dalam diskusi "Polemik" di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (9/2/2008).

"Pemerintah harus menindak tarif premium yang dipandang sebagai pornografi, penilaiannya adalah karena layanan ini hanya sebatas memberikan pelayanan yang membangkitkan libido seseorang," katanya.

Menanggapi hal ini Dirjen Postel Basuki Yusuf Iskandar mengatakan mudah bagi pemerintah untuk menghapuskan dan menindak layanan tarif premium ini, akan tetapi harus ada dasar hukum yang jelas.

"Kan tidak bisa pemerintah sewenang-wenang menghapuskan begitu saja. Definisi pornografi juga belum jelas, kita hanya bisa menindak jika memang mereka tidak memiliki izin yang lengkap, hanya sebatas itu," tuturnya.

Dilanjutkan Basuki harus ada undang-undang yang dikeluarkan untuk mengatur hal ini. "Saya juga risih melihat pornografi seperti ini, tapi harus ada undang-undang karena intepretasi pornografi itu macam-macam, jadi harus ada kepastian semua," ujarnya.

Sementara itu pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur PT Exelcomindo (XL) Hasnul Suhaimi mengatakan pihaknya tidak punya kewenangan untuk melarang layanan tarif premium yang dinilai berbau pornografi ini.

"Kita minta pemerintah untuk menegur dan menghimbau layanan-layanan tersebut, tapi juga harus jelas dasar hukumnya, tidak bisa karena common sense saja hal ini dibilang pornografi tapi harus ada dasar hukum yang kuat," paparnya.
( ddn / wsh )

'Tarif SMS Seharusnya Turun Jadi Rp 150'

Jumat, 08/02/2008 17:24 WIB

Achmad Rouzni Noor II - detikinet

Jakarta - Tarif retail untuk layanan pesan singkat (short message service atau SMS) dinilai sudah seharusnya turun menjadi Rp 150 dari rata-rata sebelumnya Rp 320.

Penurunan tersebut, dinilai Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Heru Sutadi, sudah semestinya, karena biaya ongkos produksi layanan SMS tahun ini juga telah turun menjadi Rp 52 per pengiriman dari sebelumnya Rp 76.

"Sulit diterima kalau operator sampai tidak menurunkan tarif pungut retailnya karena biaya terminasi SMS yang tadinya Rp 38 ternyata telah turun menjadi Rp 26, sehingga ongkos produksi SMS kini hanya Rp 52," ujarnya kepada detikINET melalui telepon selulernya, Jumat (8/2/2008).

Menurut Heru, seluruh operator telekomunikasi di Indonesia rata-rata mematok tarif pungut untuk layanan SMS sebesar Rp 320. Padahal, dengan ongkos produksi sebelumnya yang cuma Rp 76, tarif pungut SMS yang dinilai wajar oleh BRTI ialah sebesar Rp 100.

"Tarif SMS kita lebih mahal tiga kali lipat dari semestinya. Logikanya, dengan turunnya ongkos produksi, tarif pungut SMS bisa jauh lebih murah lagi," tegasnya.

Dibandingkan negara-negara lain di Asia seperti Filipina (Rp 167), Hong Kong (Rp 240), Malaysia (Rp 240), dan Singapura (Rp 280), Indonesia dengan rata-rata tarifnya Rp 320 merupakan negara yang tertinggi dalam mematok harga SMS. Sementara, tarif SMS yang dipatok negara lain itu merupakan data lama tahun 2005.

"Pastinya tarif SMS di negara lain juga sudah turun drastis saat ini (2008). Hanya Indonesia saja yang belum berubah. Idealnya tarif kita sekarang minimal sama dengan tarif SMS di Filipina yang sudah turun menjadi sekitar Rp 150," tandas Heru. ( rou / rou )

Soal Tarif, Operator Akan 'Dibugili'

Sabtu, 09/02/2008 13:08 WIB
Wahyu Daniel - detikinet

Jakarta - Tarif interkoneksi antar operator seluler baru akan mulai dimulai pada 1 April 2008 karena perlu ada beberapa persiapan oleh operator seluler. Salah satunya, operator akan diminta 'bugil' alias transparan.

"Diperlukan perubahan perangkat dan perhitungan accounting dari operator, selain itu mereka juga harus mempersiapkan data untuk transparansi publik mengenai tarif yang akan ditetapkan," ujar Dirjen Postel Basuki Yusuf Iskandar dalam diskusi di kawasan Cikini, Jakarta, Sabtu (9/2/2008).

Basuki menambahkan nanti masyarakat akan melihat berapa besaran tarif yang ditetapkan oleh masing-masing operator melalui data transparansi tersebut. Sehingga masyarakat dapat menilai apakah operator tersebut sudah menurunkan tarif interkoneksinya.

"Data-data yang akan dibuka ke publik ini jadi ada proses belajar dari operator dan masyarakat, harapan kami ada mekanisme dinamis sehingga masyarakat bisa mengontrol tarif, " ujarnya.

Penurunan tarif interkoneksi tidak bisa begitu saja langsung menurunkan biaya operasional perusahaan telekomunikasi. Namun meskipun demikian mereka siap mengikuti aturan pemerintah.

"Memang dengan aturan ini tidak begitu saja cost kita akan turun, tapi kita akan makin berusaha lagi untuk dapat menurunkan tarif yang selama ini telah kita lakukan," ujar Dirut PT Excelcomindo Pratama Tbk (XL) Hasnul Suhaimi di tempat yang sama.
( ddn / wsh )

'Ponsel Dipakai, Sperma Terbantai'

Sabtu, 09/02/2008 13:06 WIB
Fino Yurio Kristo - detikinet

Cleveland - Pemakaian ponsel kembali dikaitkan dengan masalah kesehatan. Kali ini dinyatakan, kaum lelaki yang menghabiskan waktu berjam-jam melakukan panggilan via ponsel memiliki resiko penurunan jumlah sperma. Bahkan disebutkan, pemakaian ponsel juga meningkatkan kadar sperma yang abnormal.

Kesimpulan tersebut dinyatakan para pakar di pusat kesehatan Cleveland Clinic, Amerika Serikat. Mereka memaparkan, produksi sperma pada pria terpengaruh oleh frekuensi pemakaian ponsel. Semakin lama pria memakai ponsel, semakin besar kemungkinan produksi sperma mengalami gangguan.

Studi ini dipublikasikan di jurnal 'Fertility and Sterility'. Para peneliti melibatkan sampel sebanyak 361 pria dalam kurun waktu satu tahun. Para partisipan itu ditanyai seputar kebiasaan pemakaian ponsel untuk dibandingkan dengan jumlah produksi sperma mereka.

Menurut Dr. Ashok Agarwal yang memimpin penelitian ini, penurunan produksi sperma ini otomatis berpengaruh terhadap tingkat kesuburan pria dalam menghasilkan keturunan. Ia memaparkan, lelaki yang memakai ponsel dalam waktu empat jam atau lebih tiap harinya, mengalami produksi sperma yang sangat rendah.

Dilansir FoxNews dan dikutip detikINET, Sabtu (9/2/2008), penurunan jumlah sperma ini diduga disebabkan oleh gelombang elektromagnetis ponsel. Meski demikian, seperti yang sering terjadi pada penelitian semacam ini, lagi-lagi belum ada bukti yang benar-benar pasti mengenai kesimpulan para dokter tersebut. ( fyk / wsh )